Gubuk dipertengahan sawah itu jadi saksi perasaanku terhadap memaknai dunia ini, ada dua hal didalamnya yang tidak bisa aku lupakan hingga saat ini, ya persahabatan dan pengkhianatan, oh tuhan aku benci sekali masuk sekolah hari selasa dan sabtu, bukan pelajaran Akuntansi yang aku benci, sikap guruku yang buat aku muak, setiap masuk kelas dia hanya membahas tentang dirinya yang selalu disiplin, entah dalam soal makanan atau cara dia hidup, seolah hidup kami yang tidak sehat dan banyak makan micin yang buat nilai akuntansi kami jeblog,

Bukan hanya hal itu yang buat kami muak, dia masuk kelas hanya untuk memarahi kami saja, entah apa memang kami yang bodoh atau dia yang banyak masalah, sejujurnya kami tertekan, kami tidak nyaman, kami selalu merasa ketakutan ketika berhadapan dengan hari itu.

Kawanku marco dan samsul sama halnya denganku selalu mengalami nasib sial di hari itu, kami tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah yang guru kami berikan, jujur memang kami malas, tapi bukan berarti kami bodoh sumpah, kami hanya tidak tahu cara mengerjakannya seperti apa, kami tidak tahu rumusnya bagaimana, yang kami tahu adalah setiap pertemuan kami selalu berdiri ditengah lapangan upacara untuk dijemur karena tidak membawa tugas yang dia tugaskan, dasar kami, itulah yang membuat kami merasa tidak nyaman didalam kelas, mending kami tidak masuk sekolah dari pada harus selalu dijemur.

Wali kelas kami selalu membahas tentang absensi kami di hari selasa dan sabtu, tercatat 61 kali bolos dan alpa, sejujurnya kami masuk sekolah, hanya saja di jam pelajaran ke dua ketika dia masuk kami membolos keluar sekolah untuk merokok, ohh kalian jangan judge perokok itu bandel, kebiasaan yang ditularkan dari pergaulan bahkan budaya memang tidak selalu bisa disalahkan menurut otakku ini.

Kami patungan untuk membeli Ale-ale dan tiga batang rokok dji sam soe , untuk sebagian laki-laki perokok pasti tahu kalau rokok samsu itu awet banget buat di hisap, itulah alas an kami selalu pt pt beli samsu, untuk membunuh waktu dari killernya guru akuntansi itu.
Aku adalah murid pindahan, tidak banyak aku mengenal kawan kawanku di sekolah itu, terlebih aku ini pemalu, lagian aku tidak percaya dengan yang namanya pertemanan dan persahabatan, teman itu ketika di depan ngomong yang bagus bagus saja, tapi ketika di belakang dia menjelek jelekan sampai mulutnya berbisah, eh berbusah. Sengaja aku salahkan nulisnya biar tulisan ini terlihat panjang dan lebar = Luas
Tidak banyak obrolan yang terjadi diantara aku marco dan samsul, kami hanya merokok dan sama sama lihat handphone masing masing, walau handphoneku jadul, diantara kami memang Cuma marco yang handphone nya android, dulu operating systemnya masih gingerbread, sekarang sudah oreo.
Setiap harinya aku samsul dan marco sibuk melihat price list mobil mobil keren di tokobagus, sekarang olx, entah kami punya mobilnya kapan tapi yang kami lakukan dulu cuma menghayal punya mobil yang kami lihat di tokobagus.

Tanpa saya sadari saya merasa bersahabat dengan mereka berdua, mereka tidak banyak omong, lebih dewasa dan santai, berbeda sekali dengan temen temanku di sekolah itu, ada yang cuek kebangetan, ada yang selalu mencari perhatian cewek-cewek atau guru, ah bangke lah.
Cuma mereka yang saya kenal tidak banyak bicara tapi friendly, itu yang saya suka dari mereka, sampai suatu saat kami bolos bukan hanya bertiga, tapi ada 3 kelompok orang orang bandel seperti kami yang membolos di jam pelajaran, dan semuanya sedang merokok di gubug tengah sawah dekat warung di pinggir jalan tempat biasa kami nongkrong.

Jaenal, teman kami yang sok jagoan dan congkak itu dia di ciduk satpam sekolah, kopral dan ujang, tidak mau ditangkap sendirian dia melaporkan kami juga yang sedang merokok di gubug tempat persembunyain kami,
Kami di gelandang dengan telanjang dari persawahan ke tengah lapangan, malunya kami di lihat lebih dari seribu siswa di sekolah kami, satpam sekolah kami memanggil kepala sekolah dan kesiswaan, betapa bergetarnya perasaan kami dengan rasa takut.

Buku yang di gulung tebal itupun sampai di muka kami, plak plak plak satu per satu dari kami di pukulnya, tidak seberapa rasanya di pukul bagi kami, yang menakutkan bagi kami jika dikeluarkan dari sekolah,
Itulah ancaman dari pak kepala sekolah untuk kami, sudah tidak pernah masuk sekolah, merokok di saat jam sekolah dan sering bolos pulak. Dasar jenal dia memang pengkhianat dan tukang ngadu.

Satu persatu dari kami ditanya alas an kami membolos dan diancam untuk di keluarkan dari sekolah, bagaimana saya harus jelaskan ini ke umi saya kalau saya bakal di keluarkan dari sekolah, tapi hal yang tidak pernah saya duga keluar dari mulut marco,
“jika di keluarkan, mending marco is yang di keluarkan, muis mah sayang kalau keluar” baru kali ini saya punya teman yang membela diri saya, padahal di situasi genting, dia mengatakan kalau saya Cuma ikut ikutan dia saja untuk membolos, padahal kenyataannyaa saya juga pengen membolos, teman mana yang rela dikeluarkan demi melindungi temennya, terlebih itu hal paling besar dampaknya ke kehidupan bahkan masa depan, tapi marco melakukan itu.

Saya pernah berjanji ke diri saya, bagaimanapun jeleknya marco dan jahatnya marco ke saya suatu saat, dia adalah teman baik saya.
Selama bertahun tahun lulus SMK sampai saat ini saya selalu menyimpan nomornya walaupun puluhan kali ganti nomor hape, teman yang lain entah saya punya atau tidak, paling kalau ada acara reunion saja mereka buat grup, itupun tidak saya simpan nomornya.
Betapa berharganya marco buat saya, walaupun tidak ada hal yang bisa saya lakukan untuk membalas kebaikan dia, tapi dia selalu saya doakan yang terbaik dan di ijabah setiap doanya dalam sepanjang hidupnya, ur the best ko, itulah alas an saya selalu bersahabat baik dengan marco dan samsul sampai saat ini,

Ps: tulisan ini ditulis dalam waktu 7 menit dan tanpa di edit ulang sama sekali, dan tidak saya baca kembali.