"aku, bukan kamu, dia, apalagi mereka
aku tahu aku tidak bisa, aku tahu aku orang tak punya
betul adanya kerjaanku memang rebahan
tapi kamu tahu? cita citaku kuliah di jerman"

itulah kutipan puisi yang aku baca dari buku harian fawaz, tidak sengaja aku baca karena memang buku itu terbuka di mejanya,
ternyata fawaz yang kelihatannya acuh dan tidak semangat belajar bisa juga bikin puisi begini, gumamku,

kadang aku kasihan terhadap fawaz, dia jadi sasaran bully terus oleh teman temanku, karena memang dia lola, aku bicara begitu karena bayangin aja, kalau kamu tanya sesuatu sama fawaz, dia bisa jawab 2 menit kemudian setelah kamu tanya.

tapi lama lama aku kasihan juga, hanya dia dikelas kami yang tidak punya iPhone, jangankan iPhone WhatsApp aja dia gak ada, itulah alasan kenapa dia selalu ketinggalan informasi disekolah kami.

dari 28 murid dikelasku fawaz selalu ranking terakhir, bukan hanya teman teman nya saja yang sebal sama dia, guru pun kadang ga betah ngedidik dia,

sampai akhirnya hari ini aku baca dan buka puisinya, gak aku gak nyangka,
biasanya suruh bicara dan bertanya aja dia gak bisa merangkai kata kata.

selama satu semester kenal fawaz, aku belum pernah sama sekali tahu rumahnya dimana dan siapa orang tuanya, setelah membaca puisi tadi aku berniat mencari tahu siapa fawaz sebenarnya,

"ma, elmaaaa, kamu buru buru banget, mau kemana sih, kita ke cafe ortez yuk temenin aku"
teriak cindy, dia teman SMP ku yang sekarang satu SMA, tapi kami beda jurusan, dia IPS aku IPA,
cindy teriak karena melihat aku keluar buru buru ke gerbang sekolah, bagaimana aku tidak buru buru, hari ini aku berencana jadi sherlock holmes, aku mau jadi detective menyelidiki siapa sebenarnya fawaz.

"eh cin, sorry gabisa nemenin, aku ada perlu sore ini"
aku tahu cindy orangnya suka maksa dari SMP, biasanya aku luluh dengan paksaannya, karena memang dia punya kartu rahasia untuk membuatku mau menerima tawaran dia, "adry" abang dia yang aku suka, tapi lupakan dulu adry, kali ini aku punya misi yang penting,
biar semanis apapun cindy merayuku untuk nemenin dia, kali ini aku bertekad akan menyelidiki siapa fawaz,

gara gara cindy aku sampai kehilangan jejak fawaz, untung saja gojek yang aku pesan sudah datang, aku bisa kejar sepeda fawaz dari belakang,
abang gojek kebingungan karena aku order untuk tujuan ke rumah ku, tapi aku bilang harus ikutin sepeda di depan,
abang gojeknya mau karena aku bilang bakal bayar lebih,
tanpa mikir banyak dia langsung setuju setuju aja,
aku yakin di fikiran dia aku hanya cewek yang mau membuntuti pacarnya yang selingkuh.

"neng, kenapa gak ikut acara ter mehek mehek aja"
bener kan apa aku bilang, dia kira aku pacarnya fawaz,
udah bang jalan aja jangan kepo dah, aku ngomong agak ngegas dengan logat betawi ku yang kental.

"bang stop, bang" aku lihat fawaz berhenti di warung nasi,
aku yakin itu rumah dia, aku tunggu selama 10 menit mengamati bareng dengan abang gojek yang menyebalkan, akhirnya fawaz keluar lagi, tapi dia tidak ganti baju masih pakai seragam SMA, dia bawa dua kantong plastik besar, aku yakin itu isinya nasi, karena pake kertas nasi, tapi belum tentu juga sih itu hanya tebakanku, tapi biasanya tebakanku 99.9% tepat, kamu jangan ragukan aku.

aku buntutin lagi fawaz dari kejauhan, sore ini niatku bulat setidaknya aku jadi sherlock holmes sore ini, kemana si fawaz ini akan pergi, aku tanya ke mbak mbak warteg tadi mereka juga tidak tahu siapa fawaz, aku salah berarti itu bukan rumahnya, tapi memang dia membeli 50 nasi bungkus kata mbaknya. apa untuk dijual kembali aku fikir,

sudah setengah jam kami buntutin fawaz, akhirnya dia parkirkan sepedanya dipinggir tempat pembuangan sampah terbesar dikota kami,
kali ke dua aku dibuat kaget oleh fawaz,
makanan yang dia bawa, dia bagi satu persatu kepada tukang sampah yang ada disitu,
omaygattttt...
... siapa fawaz sebenarnya,


bersambung ke part 2..